Aku menulis surat ini dengan perasaan sedih dan sangat menyesal.
Saat ayah membaca surat ini, aku telah pergi meninggalkan rumah.
Aku pergi bersama kekasihku, dia cowok yang baik, setelah bertemu dia.. ayah juga pasti akan setuju meski dengan tatto2 dan piercing yang melekat di tubuhnya, juga dengan motor bututnya serta rambut gondrongnya.
Dia sudah cukup dewasa meskipun belum begitu tua (aku pikir jaman sekarang 42 tahun tidaklah terlalu tua). Dia sangat baik terhadapku, lebih lagi dia ayah dari anak di kandunganku saat ini. Dia memintaku untuk membiarkan anak ini lahir dan kita akan membesarkannya bersama.
Kami akan tinggal berpindah-pindah, dia punya bisnis perdagangan extacy yang sangat luas, dia juga telah meyakinkanku bahwa marijuana itu tidak begitu buruk. Kami akan tinggal bersama sampai maut memisahkan kami.
Para ahli pengobatan pasti akan menemukan obat untuk AIDS jadi dia bisa segera sembuh. Aku tahu dia juga punya cewek lain tapi aku percaya dia akan setia padaku dengan cara yang berbeda.
Ayah.. jangan khawatirkan keadaanku. Aku sudah 15 tahun sekarang, aku bisa menjaga diriku. Salam sayang untuk kalian semua. Oh iya, berikan bonekaku untuk adik, dia sangat menginginkannya.
----
Masih dengan perasaan terguncang dan tangan gemetaran, sang ayah membaca lembar kedua surat dari putri tercintanya itu...
Ayah... tidak ada satupun dari yang aku tulis di atas itu benar, aku hanya ingin menunjukkan ada ribuan hal yang lebih mengerikan daripada nilai raportku yang buruk. Kalau ayah sudah menandatangani raportku di atas meja, panggil aku ya...
Aku tidak kemana-mana saat ini aku ada di tetangga sebelah.....
Ananda tercinta,
ayah bukanlah orang yang sempurna. Ayah hanya manusia biasa yg tak luput dari salah nak.
Ayah sering memarahi kamu bukan berarti benci, justru malah sebaliknya ayah ingin kamu jadi anak yang pintar. Jauh lebih baik dari ayah kelak. Tapi semua tau, kemampuan manusia itu berbeda beda. Kini ayah mulai sadar, semua tidak bisa dipaksakan. Mungkin engkau mempunyai jalan yg lebih baik dari pendidikan formal. Itu jalan mu nak, entah jadi foto model, seniman atau hal-hal lain yang jauh dari pendidikan formal. Kini ayah mulai sadar nak. Maafkan ayah ya. Jangan takut mengenai rapor jelekmu, ayah tak akan marah nak. Rapormu sudah ayah tanda tangani. Pulanglah nak.
Ambil di meja kerja ayah. Jangan lupa, sekalian di lemari baju sudah aku siapkan semua pakaianmu didalam tas hitam. Ada duit juga 50 ribu buat ongkos. Setelah kamu ambil semua, ayah sudah tidak menginginkan kamu ada di rumah ini lagi. Silahkan pergi dan jangan pernah menginjakkan rumah ini lagi.
Walaupun kamu tidak pintar dan rapormu jelek tapi bukan berarti kamu tidak bisa membaca nak. Iya yang kamu baca itu tidak salah dan benar adanya. Mulai sekarang kamu bukan anak ayah lagi.
Saat ayah membaca surat ini, aku telah pergi meninggalkan rumah.
Aku pergi bersama kekasihku, dia cowok yang baik, setelah bertemu dia.. ayah juga pasti akan setuju meski dengan tatto2 dan piercing yang melekat di tubuhnya, juga dengan motor bututnya serta rambut gondrongnya.
Dia sudah cukup dewasa meskipun belum begitu tua (aku pikir jaman sekarang 42 tahun tidaklah terlalu tua). Dia sangat baik terhadapku, lebih lagi dia ayah dari anak di kandunganku saat ini. Dia memintaku untuk membiarkan anak ini lahir dan kita akan membesarkannya bersama.
Kami akan tinggal berpindah-pindah, dia punya bisnis perdagangan extacy yang sangat luas, dia juga telah meyakinkanku bahwa marijuana itu tidak begitu buruk. Kami akan tinggal bersama sampai maut memisahkan kami.
Para ahli pengobatan pasti akan menemukan obat untuk AIDS jadi dia bisa segera sembuh. Aku tahu dia juga punya cewek lain tapi aku percaya dia akan setia padaku dengan cara yang berbeda.
Ayah.. jangan khawatirkan keadaanku. Aku sudah 15 tahun sekarang, aku bisa menjaga diriku. Salam sayang untuk kalian semua. Oh iya, berikan bonekaku untuk adik, dia sangat menginginkannya.
----
Masih dengan perasaan terguncang dan tangan gemetaran, sang ayah membaca lembar kedua surat dari putri tercintanya itu...
Ayah... tidak ada satupun dari yang aku tulis di atas itu benar, aku hanya ingin menunjukkan ada ribuan hal yang lebih mengerikan daripada nilai raportku yang buruk. Kalau ayah sudah menandatangani raportku di atas meja, panggil aku ya...
Aku tidak kemana-mana saat ini aku ada di tetangga sebelah.....
Ananda tercinta,
ayah bukanlah orang yang sempurna. Ayah hanya manusia biasa yg tak luput dari salah nak.
Ayah sering memarahi kamu bukan berarti benci, justru malah sebaliknya ayah ingin kamu jadi anak yang pintar. Jauh lebih baik dari ayah kelak. Tapi semua tau, kemampuan manusia itu berbeda beda. Kini ayah mulai sadar, semua tidak bisa dipaksakan. Mungkin engkau mempunyai jalan yg lebih baik dari pendidikan formal. Itu jalan mu nak, entah jadi foto model, seniman atau hal-hal lain yang jauh dari pendidikan formal. Kini ayah mulai sadar nak. Maafkan ayah ya. Jangan takut mengenai rapor jelekmu, ayah tak akan marah nak. Rapormu sudah ayah tanda tangani. Pulanglah nak.
Ambil di meja kerja ayah. Jangan lupa, sekalian di lemari baju sudah aku siapkan semua pakaianmu didalam tas hitam. Ada duit juga 50 ribu buat ongkos. Setelah kamu ambil semua, ayah sudah tidak menginginkan kamu ada di rumah ini lagi. Silahkan pergi dan jangan pernah menginjakkan rumah ini lagi.
Walaupun kamu tidak pintar dan rapormu jelek tapi bukan berarti kamu tidak bisa membaca nak. Iya yang kamu baca itu tidak salah dan benar adanya. Mulai sekarang kamu bukan anak ayah lagi.
No comments:
Post a Comment